Ilustrasi membaca. Credit: pexels.com |
Contoh sederhananya, Anda menulis artikel tentang cara bersepeda yang benar sedangkan Anda sendiri tidak mempunyai sepeda dan bahkan belum bisa bersepeda. Tak dapat dibayangkan bagaimana bentuk tulisan Anda.
Contoh lainnya, seseorang menulis tentang artikel pemrograman web (php) sedangkan ia sendiri belum mengerti apa yang tulis, hanya mengandalkan copy-paste dari blog lain. Jika dari sumber awal artikel tersebut ada kesalahan maka kesalahan tersebut menjadi berantai. Bila artikel itu dibaca oleh orang yang ahli dibidang php, tentu berkesempatan mendapat respon yang kurang mengenakkan.
Menulis bukan hanya tentang uang dan trafik kunjungan. Menjadi penulis itu harus lebih pintar dari pembaca, tentu itu seharusnya. Meskipun hanya pada artikel yang dibahas itu saja. Maka untuk memperluas wawasan penulis perlu juga membaca dan tentunya berlatih.
Untuk menemukan inovasi baru dalam berkarya, penulis perlu membuat terobosan baru, dalam hal ini tentang teknologi. Misalnya, produk yang banyak pesaingnya harus saling berpacu menciptakan terobosan baru, misalnya dari segi rasa. Lihat saja bagaimana revolusi mie instan Indomie menghadirkan varian rasa yang kemudian diikuti oleh merek mie instan lainnya.
Jika diperlukan berlatih dalam berbahasa asing juga merupakan bagian dalam meningkatkan karir, contohnya seorang wartawan yang memahami bahasa Inggris akan lebih utama daripada yang hanya bisa bahasa Indonesia. Seorang karyawan juga demikian, yang mempunyai keahlian di atas standar pasti mendapat perhatian lebih dari pimpinan perusahaan.
Semakin banyak yang Anda tahu semakin banyak yang bisa Anda tulis. Demikian juga sebaliknya.
No comments:
Post a Comment